Langsung ke konten utama

kisah mengharukan kuburan Malikussaleh, dan dakwah beliau.

image
Saya sangat tertarik dengan cerita tersebut, dan saya akan mengulangi kembali.
Siapa yang tidak kenal dengan sebutan Sultan Malikussaleh, ia adalah seorang pendiri kerajaan Islam pertama di Nusantara, tepatnya di Samudra Pasai, Aceh utara. Namun, bagaimanakah ia bisa meraih penaklukan yang begitu hebat sehingga Islam berjaya di bumi Nusantara sampai sekarang?
Menurut hasil wawancara saya dengan penjaga makam tersebut, satu konsep yang terpenting dan utama dalam dakwah beliau adalah satu ayat dalam al-Qur’an yang berbunyi “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan” (Q.S. At-Taubah: 20). Ayat ini tertulis di batu nisa beliau.

image

Dalam berdakwah, beliau tidak memaksakan orang-orang untuk memeluk agama Islam. Beliau terus mengajak orang-orang kepada Allah dengan nasehat-nasehat yang mulia dengan memberikan suri teladan yang baik serta akhlak yang mulia. Sehingga keagungan akhlak beliau membuat orang-orang tertarik dengan agama Islam. Sehingga pada saat tersebut masyarakat berbondong-bondong mangucapkan kalimah syahadat.
Kemudian penjaga makam tersebut membacakan ayat kepada kami, “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” (Q.S An-Nash: 1-3).

image

Singkat cerita, semakin hari para pemeluk agama Islam semakin banyak hingga terbentuklah wilayah dan kerajaan Islam di Samudra Pasai. Namun sebagaimana masyarakat pada umumnya, pasti tidak terlepas dari permasalahan dan problematika yang harus ada keputusan dari para hakim.
Sehingga dibentuklah para qadhi (hakim) untuk menyelesaikan problematika masyarakat Islam pada saat itu dengan menggunakan aturan-aturan syariat Islam. Maka dengan penerapan syariat Islam yang merata, terbentuklah masyarakat yang penuh keadilan dan kesejahteraan.
Adapun kepada orang-orang non-muslim yang dibawah pemerintahan Sultan Malik As-Salih diberikan dua pilihan, yaitu masuk Islam tanpa paksaan, atau membayar pajak untuk kerajaan. Jika mereka memilih untuk membayar pajak maka kewajiban kerajaan dan kaum muslimin untuk melindungin nyawa mereka, dan harta-benda mereka.

image

Sultan Malik As-Salih tidak memaksa orang-orang untuk masuk agama Islam, namun konsep jihad yang dia gunakan adalah untuk memerangi orang-orang kafir yang mengusik/memerangi kaum muslimin, karena ini merupakan konsep bertahan diri.
Selain seorang raja, Malik As-Salih ini juga digelari dengan “al-‘abid”, yaitu orang yang ahli ibadah, sebagaimana terdapat di batu nisannya. Dia juga digelari al-Malik as-Salih, yaitu Raja yang Shalih.
Sang penjaga makamnya juga membantah berita di buku-buku dan artikel yang menyatakan bahwa Sultan Malik as-Salih adalah seorang muallaf. Karena menurutnya Sultan Malik as-Salih ini merupakan termasuk keuturunan Rasulullah SAW. Sehingga di batu nisan beliau juga dikatakan as-Sayyid (sebutan untuk keturunan Nabi Muhammad SAW).
SEMOGA BERMANFAAT.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keutamaan shalat di mesjid mekkah dan madinah Selamat siang sahabat islam semua semoga kalian selalu dalam keadaan sehat dan kesuksesan selalu menyertai kita semua, pada kesempatan kali ini saya akan membagikan cerita kepada sahabat steemians semua, semoga ini bisa menjadi bahan pertimbangan bagi kita, seberapa besar pengaruh saat kita shalat dimesjid Mekkah dan Madinah dan saat kita shalat dimesjid yang ada disekitar kita, mari sama-sama kita pahami. بسم الله الرحمن الرحيم كتاب الجمعة بَابُ فَضْلِ الصَّلَاةِ فِي مَسْجِدِ مَكَّةَ وَالْمَدِينَةِ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ ، قَالَ : أَخْبَرَنَا مَالِكٌ ، عَنْ زَيْدِ بْنِ رَبَاحٍ ، وَعُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ الْأَغَرِّ ، عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ الْأَغَرِّ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :  " صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِي هَذَا خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ، إِلَّا الْمَسْجِدَ الْحَرَا...